Padang, 18 agustus 2009
Tidak banyak orang yang tau kapan Hari Remaja Internasional, begitu juga dengan saya yang cukup kaget saat sekolah kami SMAN 3 Padangpanjang mendapat undangan dari Komunitas Sarueh. Undangan tersebut adalah program refleksi untuk memperingati Hari Remaja Internasional dengan mengadakan Bioskop Jalan Remaja 1208 bertemakan Sekolah Kehidupanku yang diputar serentak di beberapa kota yang ada di Indonesia pada tanggal 12 Agustus. Sebagai seorang remaja saya sedikit merasa malu pada diri sendiri, karena juga tidak tahu kapan hari remaja dan bahkan saya tidak pernah sama sekali terfikirkan kalau hari remaja itu ada.
Bioskop Jalan Remaja 1208 ini diselenggarakan oleh Yayasan Kampung Halaman yang disupport oleh The Ford Foundation. Untuk di Kota Padang pemutaran ini didukung oleh Komunitas Sarueh Padang Panjang dan jurusan Televisi dan film STSI Padang Panjang sebagai penyelenggara yang diadakan di Aula SMAN 2 Padang. Selain pemutaran film juga ada diskusi interaktif. Remaja yang hadir dalam pemutaran dan diskusi tersebut adalah lima orang perwakilan dari siswa SMAN 1 Padang, SMAN 3 Padang, SMAN 10 Padang, SMAN 4 Padang, SMKN 4 Padang, SMKN 6 Padang, SMAN 3 Padang Panjang dan SMAN 2 Padang sebagai tuan rumah. Dalam diskusi ini akan diputarkan 19 binkai film karya komunitas remaja dari berbagai daerah di Indonesia. Acara yang akan dimulai pada pukul 10:00 wib terlaksana pada pukul 11:45 wib, meskipun keterlambatan dan suara hujan yang lumayan deras semua yang hadir terlihat tampak semangat sekali.
Sebelum dilakukan pemutaran, OSIS SMAN 2 Padang selaku tuan rumah meminta satu perwakilan dari setiap sekolah untuk maju ke depan dan dibagikan pita berwarna hijau sebagai simbol untuk memperingati dan memeriahkan Hari Remaja Internasional. Sebelumnya di tahun 2006, SMAN 2 Padang juga pernah membagikan pita dalam rangka memperingati Hari Remaja Internasional, (Sumber:http://nilna.wordpress.com/2006/08/17/international-youth-day-di-sman-2-padang/). Waktu adzan zuhur masuk dan para siswa istirahat sebentar. Acara kembali dimulai pada pukul 13.00 wib, tapi sayangnya semangat yang sangat antusias tadi mulai berkurang karena satu persatu para siswa pergi meninggalkan ruangan apa lagi setelah bunyi bel tanda waktunya pulang sekolah. Mungkin menurut saya, hal ini disebabkan layar putih terlalu banyak mendapatkan cahaya sehingga film yang diputar menjadi tidak jelas.
M Fandi Taufan selaku moderator dalam diskusi dapat mengkoordinir diskusi dengan baik. Narasumber dalam diskusi ini terdiri dari Abdul Rahman S.SN, beliau merupakan alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang sekarang menjadi dosen Televisi dan Film di STSI Padang Panjang. Hery Sasanko S.Sn perwakilan dari Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta dan saat sekarang beliau juga merupakan dosen baru di STSI Padang Panjang jurusan Televisi dan film. Sedangkan perwakilan dari Komunitas Sarueh Padang Panjang, David Darmadi yang merupakan mahasiswa Televisi dan Film STSI Padang Panjang turut menjadi narasumber dalam diskusi ini. Meskipun para siswa pada saat diskusi berkurang, keingintahuan dari mereka yang masih tetap bertahan tentang film membuat para narasumber berdecak kagum. Pertanyaan tidak seputar cara membuat film saja, tapi juga tentang sejarah film pendek dunia dan bahkan ada yang mempertanyakan kenapa Festival Film Indonesia (FFI) sudah tidak ada lagi.
Dua karya Pocketter’z Comunnity SMAN 3 Padang Panjang yaitu Film Dokumenter Framing Sekolahku dan Film Fiksi Kucluk???? ikut diputarkan setelah diskusi. Pocketter’z merupakan satu-satunya komunitas remaja sekolah di Sumatera Barat yang lebih dulu melangkahkan kakinya dalam dunia Audio Visual. “Semuanya berlabuh pada semangat dan kekompakan!” jawab saya sebagai perwakilan dari pocketter’z saat ditanyai tentang kiat-kiat membuat film remaja oleh salah seorang siswa dari SMAN 1 Padang. “Penggarapan film sama sekali tidak mahal, jujur kami dari pocktter’z sama sekali tidak memiliki alat seperti kamera dan yang lainnya!. Tapi syukur Alhamdulillah kakak-kakak Sarueh mau membantu kami dalam penyediaan alat. Bukan hanya itu, mereka juga membimbing dan membantu kami untuk dapat berkarya dan selalu memotivasi saya dan teman-teman” tambah saya menjelaskan.
Setelah pemutaran saya bertanya dengan Komunitas Sarueh, kenapa waktu pemutaran tidak sesuai dengan undangan?. “Persiapan untuk acara ini memang kurang matang, awalnya akan dilaksanakan di Aula SMAN 3 Padang dan ditambah lagi pada hari H nya keterlambatan peralatan yang langsung dibawa dari Padang Panjang oleh pihak STSI Padang Panjang jurusan Televisi dan Film pada hari pemutaran juga. Malahan kami yang sudah standby dari jam 07:00 wib, sempat berfikir mereka tidak datang”, ujar Rony yang merupakan Ketua Komunitas Sarueh. “Iya, masalahnya kami masih harus mencari lokasi pemutaran empat hari sebelum hari H, sedangkan konfirmasi dari jurusan juga terlambat,” tambah Sekjen Komunitas Sarueh Gusnita Linda. “Tapi kami berterima kasih kepada teman-teman yang masih bertahan hingga acara usai!, dan kami semua dari Sarueh menyadari segala kekurangan dalam mempersiapkan pemutaran dan diskusi ini,” tambah Fandi salah satu penggiat Komunitas Sarueh. “Semoga saja hal tersebut membuat Komunitas Sarueh dapat evaluasi diri untuk menjadi partner yang lebih baik dalam menjalankan program kerja, karena terbatasnya waktu tidak semua bingkaian film yang direncanakan dapat di putar,” jawab saya dalam hati.
Annisa M Rahmi
PoCkeTter'z






Tidak ada komentar:
Posting Komentar